KH. Muhdi Ahmad : Kiai Pemberani, Tegas dan Demokratis

{[["☆","★"]]}
KH. Muhdi Ahmad ketika mengikuti kegiatan Ziarah Makam Muassis
dalam rangka Harlah Madrasah NU Miftahul Falah ke 77


KH. Muhdi Ahmad merupakan salah satu masyayikh yang disegani baik di Madrasah NU Miftahul Falah maupun di masyarakat. Ilmu agamanya sangat dalam dan mempunyai wawasan yang luas. 

Banyak santri dan masyarakat yang sowan kepada beliau untuk meminta ijazah, barokah do’a, maupun minta arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. 

Beliau dikenal sebagai kiai yang menguasai ilmu hikmah dan kanuragan. Banyak masyarakat, santri maupun kelompok organisasi pemuda seperti Ansor dan Banser yang minta wejangan ilmu kanuragan kepada beliau.

Yi Muhdi (panggilan akrab KH. Muhdi Ahmad) menghabiskan hari-hari untuk mengajar ilmu agama di madrasah. Selain di MA NU Miftahul Falah, beliau juga mengajar di Madrasah  Diniyyah NU Kradenan Kudus, dan Madrasah Hidayatul Mustafidin Dawe. Yi Muhdi  adalah sosok yang sederhana dan apa adanya. Beliau dikenal dekat dengan siapa saja. Murah senyum namun sangat tegas, utamanya berkaitan dengan masalah hukum.

KH. Muhdi Ahmad terlahir dari keluarga yang agamis. Beliau dilahirkan di Kudus, 9 Oktober 1946 oleh pasangan Bapak Muhdi dan Ibu Atminah. Di desa Piji tempat dilahirkan dan dibesarkan inilah beliau mulai belajar dasar-dasar ilmu agama kepada abahnya dan para kiai di desanya.

Saat beranjak remaja Yi Muhdi melanjutkan ke Pesantren Al Mukhit Kudus dan berguru kepada KH. M. Arwani Amin, KH. Hambali, KH. Turaichan Adjhuri, dan kiai-kiai kharismatik lainnya di kota santri ini. Kumudian beliau melanjutkan mondok di Ponpes Al Hidayah Lasem Rembang yang diasuh oleh Simbah KH. Ma’shoem Ahmad.

Menurut Yi Muhdi, pengalaman yang paling berkesan saat mondok adalah ngliwet, mempelajari kitab-kitab Kuning, sering bertanya kepada guru, dan tentunya punya banyak kawan dari berbagai daerah di Indonesia.

Mengajar dan Berorganisasi

Setelah pulang dari pesantren, Yi Muhdi langsung mengamalkan ilmunya di masyarakat. Beliau termasuk tipe pemuda yang mudah bergaul, aktif dan pemberani. Sebagai santri dan kader muda NU, beliau merasa terpanggil untuk ikut membesarkan jam’iyah yang didirikan oleh Khadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari dengan aktif di Ansor dan Banser.

Pada saat para Kiai dan tokoh NU mendapat teror dari PKI (Partai Komunis Indonesia), Yi Muhdi bersama Ansor Banser berada di barisan depan dalam menjaga para Kiai dan tokoh NU. Beliau tidak takut berhadapan dengan PKI yang terkenal kejam menghabisi siapun yang menjadi penghalang kepentingan politik dan ideologinya.

Selain aktif di Ansor dan Banser, Yi Muhdi juga mulai mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari pesantren dengan mengajar di Madrasah NU Miftahul Falah Cendono. Oleh para gurunya saat ngaji di Kudus, Yi Muhdi juga diminta ikut mengajar Madrasah Diniyyah NU Kudus yang didirikan oleh KH. M. Arwani Amin. Di Madrasah Diniyyah inilah Yi Muhdi menjadi sangat dekat dengan para Kiai kharismatik seperti KH. Hambali, KH. Sya’roni Ahmadi, KH. Ma’ruf Irsyad, serta kiai-kiai lainnya.

Menjadi seorang guru bukanlah cita-cita Yi Muhdi. Beliau dari kecil hanya dididik untuk mengaji oleh Abah beliau. Karena Ilmu yang barokah, maka tidak disangka beliau bisa mengajar walaupun bukan berawal dari apa yang dicitakan.

Menurut Yi Muhdi, banyak sekali pengalaman di dalam mengajar. Diantaranya bisa kenal dengan orang banyak, terutama dengan para Kiai dan orang-orang alim. Selain itu, dengan mengajar, ilmu kita semakin terasah, terus berkembang dan tambah wawasan. Dan tentunya juga mengamalkan ilmu.

Sampai saat ini Yi Muhdi masih mengajar di beberapa madrasah. Yaitu, di MA NU Miftahul Falah Cendono, Madrasah Diniyyah NU Kradenan, dan juga Madrasah Hidayatul Mustafidin Lau.

Kehidupan KH. Muhdi Ahmad selalu tidak jauh dari ilmu. Selain di madrasah, beliau juga banyak diminta masyarakat untuk memberikan ceramah agama dalam berbagai acara seperti pengajian umum, acara pernikahan, sunatan, dan lain-lain.

Selain pengalaman di bidang pendidikan, Yi Muhdi juga banyak pengalaman di organisasi. Sejak masih muda beliau aktif di Ansor dan Banser. Kemudian beliau juga aktif menjadi pengurus NU mulai tingkat PAC (Pengurus Anak Cabang) sampai pada PC (Pengurus Cabang). 

Bahkan Yi Muhdi juga pernah menjadi pengurus di salah satu partai politik. Saat ini beliau masih tercatat sebagai pengurus KBIH Arwaniyah Kudus, Pengurus Madrasah Diniyyah NU Kradenan, Pengurus Madrasah NU Miftahul Falah Cendono, dan Madrasah Hidayatul Mustafidin Lau.

Perjalanan hidup yang dilalui Yi Muhdi bisa dikatakan Ajeg. “Tidak ada yang istimewa,” tuturnya. Beliau menganggapnya tidak ada perubahan karena dari kecil beliau hanya dididik untuk bersekolah saja kemudian saat beranjak dewasa dituntut hanya mengaji dan mondok. Setelah selesai mondok tetap berjuang di jalur ilmu, yaitu dengan mengajar dan mengaji dan terus mengaji sampai mati. Karena itu beliau mengatakan,  “hidup itu hanya untuk mati”.

Kesuksesan menurut beliau sangatlah unik, yaitu sesuai selera. Yi Muhdi mengaku kalau dirinya masih jauh dari kesuksesan. Beliau hanya bisa menekankan kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat agar bertaqwa kepada Allah untuk menjalankan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.

Keluarga

Setelah sekian lama mencari ilmu, mengajar dan berorganisasi, Yi Muhdi akhirnya menyunting seorang gadis bernama Mas’udah asal Demak. Dari pernikahan itu beliau  dikaruniai 8 orang anak yaitu :
1.    Fihris Sa’adah
2.    Aniq Abdullah
3.    Rikza Ahmad
4.    Furqon Azazi
5.    Mochamad Akhfas
6.    Ahmad Muasy Bakhri
7.    Firda Munhamiroh
8.    Muhammad Fairuz Aunillah

KH. Muhdi Ahmad adalah sosok orang tua yang demokratis. Menurut salah seorang putranya yang bernama Mochamad Akhfas, beliau tidak pernah memaksa anak-anaknya dalam belajar. 

Boleh ke pondok pesantren dan boleh juga ke perguruan tinggi. Meskipun beliau berkeinginan anak-anaknya di ngaji di ponpes, tapi karena beliau yakin bahwa anak-anaknya itu baik, jadi beliau tidak memaksakan anak-anaknya dalam bertholabul ilmi.

Masih menurut Mochamad Akhfas, Yi Muhdi sangat jarang berbicara dengan anak-anaknya. Tetapi perhatian dan kasih sayang yang beliau berikan sangatlah luar biasa. Beliau hanya memberikan seluruh waktunya untuk keluarga dan madrasah dan jarang kepada orang lain.

Di antara sifat-sifat Yi Muhdi menurut Mochamad Akhfas adalah:
  • Tidak pernah memaksa anak
  • Membebaskan anak-anaknya dalam hal positif
  • Tidak pernah memarahi anak-anaknya
  • Beliau keras hanya jika anak-anaknya menyalahi agama saja
  • Apa adanya, dan tidak bergantung pada orang lain
  • Mempunyai keyakinan hidup
  • Ta’dhim kepada gurunya sangatlah luar biasa, meskipun gurunya lebih muda.

Bagi Yi muhdi hidup itu hanya untuk mati. KH. Muhdi Ahmad memang sosok yang tidak ingin menyia-nyiakan hidup. Beliau selalu beranggapan bahwa hidup itu hanya untuk mati, maka dari itu jika mengingat kematian otomatis seluruh hidup hanya akan dijadikan untuk beribadah dan mengingat Allah saja.

(Nana Setiana XI MIPA 1, Indana Alfa Khusna XI MIPA 1, Noor Hidayanti X IPS 1)

Posting Komentar

0 Komentar