Menjadi Pemilih Pemula yang Berkualitas

{[["☆","★"]]}
Oleh : Eva Jayanti_XII B IPS 1

"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."

Kata-kata Bung Karno tersebut mengindikasikan betapa pentingnya peran generasi muda dalam kemajuan suatu negara. Apapun yang dilakukan pemuda hari ini adalah cerminan bagi peradaban pada era yang akan datang. Termasuk juga pilihan terhadap figur yang mereka idolakan untuk memimpin Negara.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat total Daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4) berjumlah 196.545.636 dan data penduduk wajib E-KTP sejumlah 191.509.749, sedangkan pemilih pemula yang akan berusia 17 tahun tanggal 1 Januari 2018 sampai dengan 17 April 2019 berjumlah 5.035.887 orang. Data ini masuk dalam Daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4) tahun 2019. (Detik.com)

Berdasarkan data tersebut, dapat dipastikan suara generasi muda memiliki andil cukup besar dalam Pemilu 2019 mendatang. Lalu, bagaimana pemilih pemula menjadi pemilih cerdas?

Ada dua hal penting yang menurut saya bisa dilakukan untuk menjadi pemilih yang cerdas saat menggunakan hak suara kita dalam Pemilu 2019 nanti. Pertama, kita harus kenal dengan calon pemimpin maupun wakil rakyat yang akan dipilih. Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang” mungkin ada benarnya. Karena dengan kenal itulah kita tidak menyesal, kecuali memang ada pengingkaran fakta yang dilakukan secara massal. Maknanya, kita tidak boleh asal pilih atau sekadar ikut pilihan orang lain hanya sebab malas mengenal sosok pemimpin dan wakil kita.

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencari informasi yang valid tentang pemilu dan data para calon wakil rakyat diberbagai sumber media yang terpercaya. Yang paling mudah saja, misalnya, kita bisa mengunjungi situs web infopemilu.kpu.go.id. Situs itu berisi data lengkap tentang riwayat hidup dan data diri para calon wakil rakyat. Selain itu pemilih juga bisa mencari pada sumber lain yang dianggap valid, misalnya media cetak maupun online terpercaya dan terverifikasi sah oleh Negara.

Kedua, hindari debat kusir di medsos agar tidak terjebak pada politik identitas dan fanatisme buta. Musim kontestasi politik memang seringkali merepotkan nalar dan pemikiran masyarakat umum. Terlebih di era kemajuan teknologi dan komunikasi massa seperti sekarang. Alasannya saat ini banyak sekali informasi yang tidak jelas asal usulnya sudah bisa menghebohkan warga. Kabar hoaks, ujaran kebencian dan pelintiran peristiwa seringkali disuguhkan oleh para oknum tertentu untuk memecah belah warga.

Sebagai pemuda kita harus waspada terhadap konten-konten berita yang bersifat provokatif atau mengandung ujaran kebencian. Sebagai generasi penerus bangsa, kita  harus melek media dan bahu membahu bersama masyarakat untuk membentengi diri dari berita hoax yang disebarkan melalui berbagai media. Cara yang benar untuk menangkal itu sebenarnya adalah dengan tidak menanggapi dan menyebarkannya.

Sebab ketidaksetujuan kita belum tentu akan sama dimiliki oleh orang yang membaca berita yang kita sebarkan. Dan efeknya, jika hal itu tidak dipahami secara cermat yang terjadi berita buruk itu akan menyebar kemana-mana dengan masing-masing dakwaan ataupun pembelaan yang mengusik kenyamanan.

Nah, menurut hemat saya, begitulah sebaiknya generasi muda dalam menentukan pilihan dan menggunakan hak suaranya sebagai warga. Bekal informasi dan mental yang matang perlu benar-benar kita siapkan untuk mengahadapi Pemilu 2019 mendatang. Mari kita sukseskan Pemilu yang demokratis dan cerdas tanpa pengaruh hoaks dan berita panas demi Indonesia yang lebih maju dan berkualitas. [

Posting Komentar

0 Komentar