Dari Madrasah untuk Nusantara: Menjaga Batik, Merajut Karakter

{[["☆","★"]]}

Kudus - manu-miffa.sch.id - MA NU Miftahul Falah terus berkomitmen untuk menghadirkan pendidikan yang menyeluruh. tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan serta menanamkan nilai-nilai budaya luhur. Salah satu wujud nyata dari komitmen ini adalah pelaksanaan Program Membatik, sebuah kegiatan pembelajaran berbasis budaya yang bertujuan untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.

Program membatik ini secara khusus ditujukan bagi kelas putri, sebagai bagian dari pembinaan karakter, pelatihan keterampilan, dan pelestarian budaya yang selaras dengan peran strategis perempuan dalam merawat tradisi dan kearifan lokal. Batik bukan hanya produk seni, tetapi juga cerminan filosofi dan identitas bangsa yang perlu terus dijaga dan diwariskan.

Secara teknis, program membatik dilaksanakan di luar jam pelajaran utama, dengan pembagian jadwal untuk masing-masing kelas putri. Setiap sesi didampingi oleh guru pembimbing khusus yang telah ditunjuk oleh madrasah dan memiliki keterampilan dalam seni membatik. Dalam pelaksanaannya, siswa belajar dari tahap dasar—mengenal motif tradisional, teknik mencanting, hingga proses pewarnaan dan finishing kain batik.

Dalam wawancara bersama Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, Ainna Khoiron Nawali  menjelaskan latar belakang dan tujuan dari program ini:

“Program membatik ini kami rancang sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter dan pelestarian budaya lokal. Kami ingin para siswi tidak hanya mengenal batik sebagai pakaian, tetapi juga memahami proses kreatif di baliknya dan mencintai warisan budaya kita. Harapannya, mereka bisa menjadi generasi yang tidak hanya bangga, tetapi juga mampu menjaga dan mengembangkan budaya bangsa, bahkan mungkin menjadikannya peluang usaha di masa depan.”

Program ini mendapatkan sambutan positif dari para siswi. Mereka merasa senang bisa terlibat langsung dalam proses membatik dan mendapat pengalaman baru yang tidak mereka peroleh di pelajaran biasa. Salah satu siswi kelas XI, Farizka Maunnikmah, mengungkapkan:

“Awalnya saya pikir membatik itu susah, tapi setelah diajari ternyata menyenangkan. Saya jadi tahu bagaimana batik dibuat dan jadi lebih menghargai prosesnya. Kalau bisa, saya ingin belajar lebih lanjut lagi.”

Senada dengan itu, Nabila Khusna, siswi kelas X, juga menyampaikan antusiasmenya:

“Saya senang ikut program ini karena bisa belajar sambil berkarya. Rasanya bangga saat melihat hasil batik buatan sendiri. Apalagi batik itu khas Indonesia, jadi kita ikut menjaga budaya juga.”

Program ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui pelestarian budaya, serta melatih keterampilan, kreativitas, dan ketekunan para siswi. Hasil karya mereka dapat dipamerkan dalam kegiatan internal maupun eksternal madrasah, bahkan dipasarkan untuk memperkenalkan hasil karya siswa kepada masyarakat luas.

Dengan semangat “melestarikan budaya, mencetak generasi berdaya,” MA NU Miftahul Falah berharap program membatik ini menjadi langkah nyata dalam menjaga identitas budaya bangsa, memperkuat karakter, serta membuka potensi keterampilan siswi sebagai bekal masa depan.

Posting Komentar

0 Komentar