Tensi persaingan semakin memanas menjelang dilaksanakannya pemilu presiden. Masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden berlomba-lomba memperoleh dukungan rakyat. Berbagai strategi kampanye dijalankan. Kadang strategi yang digunakan baik dan sesuai aturan. Namun tidak jarang langkah yang dilakukan dalam mencuri hati rakyat menggunakan cara-cara yang melanggar konstitusi. Kampanye hitam pun dilakukan. Dengan melakukan fitnah terhadap lawan politik, melalui penyebaran berita hoax, menebar kebencian, menggunakan sentiment SARA. Juga politisasi agama. Berikut ini wawancara tim reaksi Majalah el Miffa, Dwi Novi Islahun Nisa’, Izzatan Nayyiroh, dan Min Amrina Yusro dengan Moh. Rosyid, dosen IAIN Kudus.
1. Mengapa menjadi pemimpin rakyat itu harus diperebutkan?
Karena ada pihak yang ingin memimpin rakyat, mensejahterakan rakyat melalui kebijakan yang diproduknya setelah menjabat menjadi pemimpin.
2. Apa untungnya menjadi pemimpin. Apa tujuan utamanya?
Untungnya adalah bila rakyatnya sejahtera itu adalah hasil karyanya. Tujuannya untuk menyejahterakan rakyat dan berlaku adil.
3. Apakah setiap calon mempunyai kepentingan?
Tentu saja. Kepentingan menurut standarnya, cara berfikirnya, partainya dan komunitasnya. Ada kepentingan ideology. Ideologinya ingin lestari. Misalnya beberapa partai bersatu membentuk satu kepentingan ideologi apakah itu ideologi nasionalisme ataukah ideologi agama.
4. Mengapa menjelang pemilu, banyak sekali beredar berita-berita hoax yang menyudutkan salah satu calon?
Masyarakat dituntut harus cerdas untuk membedakan antara fitnah dan fakta. Yang menetukan adalah rakyat. Jadi cerdas-cerdaslah rakyat memilah itu berita fakta atau hoax.
5. Bagaimana mestinya para calon dan tim suksesnya berkampanye?
Dengan kampanye yang positif, berdasarkan fakta dan kemampuan. Menjual visi dan misi. Beradu program. Kampanye yang menyajikan visi misi berdasarkan obsesi ketika menjadi pemimpin. Inilah kampanye yang ideal. Yaitu kampanye positif.
6. Kalau kampanye yang negative?
Kebalikan dengan kampanye positif. Mengumbar sisi negative lawan. Mencari-cari kesalahan dan kekurangan lawan.
7. Bagaimana dengan kampanye hitam?
Lebih kejam dari kampanye negative. Kampanye hitam itu berdasarkan hoax, berisi fitnah. Masyarakat harus menghindari kampanye ini. Sebenarnya kampanye negative sama dengan kampanye hitam. Sama-sama jelek. Sama-masa tidak patut dilakukan.
8. Bagaimana seharusnya masyarakat memperlakukan para calon yang melakukan kampanye negative ataupun kampanye hitam?
Rakyat harus menghindari atau menolak bila ada kampanye hitam. Karena kampanye hitam sama dengan fitnah. Kampanye hitam bisa memecah belah bangsa Indonesia. Karena fitnah. Makanya masyarakat harus cerdas memilah mana yang kampanye hitam mana yang kampanye positif ditentukan pada kecerdasan rakyat.
0 Komentar