SEPUTAR DARAH KEWANITAAN; HAID, NIFAS & ISTIHADHAH (Bag. 1)

{[["☆","★"]]}



Kudus, el-miffa.comPersoalan haidh, nifas dan istihadhah tak akan bisa dilepaskan dari dunia kaum hawa. Namun banyak dari mereka yang kurang memahami dengan benar tentang hal-hal yang terkait dengan  persoalan tersebut. Mulai dari apakah haidh itu? Bagaimana hukumnya?bagaimana cara mengetahuinya dan membedakan antara haidh, nifas dan istihadhah? dan seterusnya. Berikut ini akan saya sampaikan sebagian dari persoalan-persoalan tersebut.        


         SEPUTAR HAIDH

 

 

I.            Pengertian Haidh

Haidh atau menstruasi adalah darah yang keluar melalui kelamin perempuan yang sudah berusia minimal 9 tahun hijriyah kurang 16 hari kurang sedikit (8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit), dan keluar tidak disebabkan sakit atau melahirkan. (I’anatut-Thalibin 1/72)

Dengan demikian, darah yang keluar sebelum usia itu atau disebabkan penyakit atau melahirkan maka tidak dinamakan darah haidh. (Fathul-Wahhab 1/26)

 

II.            Hukum Mempelajari Haidh :

a.      Fardhu ‘ain. Yaitu bagi semua perempuan yang sudah baligh. Artinya wajib bagi semua perempuan yang sudah baligh untuk mempelajari dan mengerti seluruh permasalahan dalam bab haidh, nifas dan istihadhah. Bahkan bagi suami yang tidak bisa mengajari sendiri istrinya tidak boleh melarang istrinya untuk keluar rumah dalam rangka mempelajari hukum-hukum haidh dan yang terkait. (I’anatut-Thalibin 4/80)

b.      Fardhu kifayah. Yaitu berlaku bagi kaum laki-laki. Artinya, apabila sebagian dari mereka sudah ada yang memahami ilmu haidh, maka kewajiban yang lain sudah gugur. Sebab mempelajari imu-ilmu yang tidak bersentuhan langsung dengan ibadah amaliah yang harus dilakukan maka hukumnya adalah fardhu kifayah. (I’anatut-Thalibin 4/181)

 

III.            Batasan Darah Haidh

Rincian batasan masa haidh adalah sebagai berikut:

1.      Paling sedikit masa haidh

2.      Paling banyak masa haidh

3.      Paling sedikit masa suci antara dua haidh

 

1.      Paling sedikit masa haidh

 

Paling sedikit masa haidh adalah 24 jam, baik terus-menerus atau terputus-putus dalam masa 15 hari. Yang dimaksud terus-menerus adalah seandainya kapas atau sesamanya dimasukkan ke dalam kemaluan masih menampakkan bercak atau basahnya darah haidh meskipun hanya berwarna keruh dan tidak sampai mengalir ke bagian luar vagina.

Dan jika tidak menampakkan bercak sedikitpun, maka berarti sudah putus dari darah. Apabila jumlah keluarnya darah diragukan apakah mencapai 24 jam atau tidak, maka hukumnya terjadi 2 perselisihan antara ulama’:

a). Menurut Imam Ibnu Hajar tidak dihukumi haidh, tetapi dihukumi istihadhah.

b). Menurut Imam Ramli dihukumi haidh. (Itsmidul-‘Ainain,hamisy Bughyah hal.14)


 

2.      Paling banyak masa haidh.

 

Paling banyak masa haidh adalah 15 hari 15 malam tanpa disyaratkan darah keluar terus menerus. Namun ketika dijumlah mencapai 24 jam. Dan apabila ketika dijumlah tidak mencapai 24 jam maka tidak dihukumi haidh.

Selama darah keluar dalam batasan 15 hari 15 malam, maka warna dan sifat-sifat darah tidak menjadi pertimbangan dan tidak mempengaruhi, sehingga semua darah yang keluar dihukumi haidh.

Termasuk berhukum haidh adalah bersih di sela-sela darah haidh tersebut, demikian menurut pendapat yang kuat. Pendapat ini diberi nama dengan qaul sahbi. Sedangkan pendapat sebaliknya mengatakan bahwa bersih disela-sela darah haidh tidak berhukum haidh, pendapat ini diberi nama dengan qaul laqthi. (Al-Bajuri 1/213, Al-Taqrirat al-sadidah 1/166)). Jadi, menurut pendapat terakhir ini puasa dan sholat yang dilakukan pada waktu bersih di sela-sela keluarnya darah dihukumi sah.

 

3.      Paling sedikit masa suci antara dua darah haidh.

 

Paling sedikitnya masa suci yang memisah antara satu darah haidh dengan darah haid lain adalah 15 hari 15 malam secara terus menerus. Sedangkan untuk maksimalnya tidak ada batasan tertentu.

Apabila masa suci yang memisah kurang dari 15 hari 15 malam. Maka hukumnya diperinci sebagai berikut:

A.  Apabila masa keluarnya darah pertama, serta masa bersih yang memisah dan masa keluarnya darah kedua masih dalam rangkaian masa 15 hari terhitung dari masa permulaan keluarnya darah pertama, maka semuanya dihukumi haidh plus masa bersih yang menengah-nengahi.(Demikian ini menurut qaul sahbi, dan ini yang mu’tamad/kuat)

Contoh 1:

·                 Keluar darah 7 hari

·                 Berhenti 4 hari

·                 Keluar darah lagi 4 hari

Contoh 2:

·                 Keluar darah 5 hari

·                 Berhenti 4 hari

·                 Keluar lagi 4 hari

Dari 2 contoh ini, keseluruhan hari termasuk hari yang tidak keluar darah dihukumi haidh, sebab semuanya masih dalam masa 15 hari.

 

 

B.  Apabila masa keluarnya darah pertama ditambah masa bersih sudah mencapai 15 hari atau lebih, sedangkan masa darah kedua ditambah masa bersih sebelumnya genap 15 atau kurang, maka hukumnya adalah:      

·                     Darah pertama dihukumi haidh

·                     Bersih yang menengahi dihukumi suci

·                     Darah kedua dihukumi darah istihadhoh/fasad. (Bughyatul-Mustarsyidien 31, Tuhfatul-Muhtaj 1/655-657)

 

Contoh 1:

·                     Keluar darah 10 hari

·                     Bersih 8 hari

·                     Keluar darah lagi 7 hari

Maka 10 hari pertama dihukumi haidh, 8 hari dihukumi suci, dan 7 hari terakhir dihukumi darah istihadhoh/fasad.

Contoh 2:

·                     Keluar darah 8 hari

·                     Bersih 9 hari

·                     Keluar lagi 4 hari

Maka 8 hari pertama dihukumi haidh, 9 hari dihukumi suci, dan 4 hari terakhir dihukumi darah istihadhoh/fasad.

 

C.  Apabila masa keluarnya darah pertama ditambah masa bersih sudah mencapai 15 hari atau lebih, sedangkan masa darah kedua ditambah masa bersih sebelumnya lebih dari 15 hari, maka hukumnya adalah :

·         Darah pertama dihukumi haid

·         Bersih yang menengahi dihukumi suci

·         Darah kedua yang menyempurnakan masa suci genap 15 hari dihukumi darah istihadhah/fasad, sedangkan darah selebihnya dihukumi darah haid asalkan memenuhi syarat-syarat haid ( tidak kurang dari 24 jam dan tidak melebihi 15 hari). Jika sisa darah kedua melebihi 15 hari maka perempuan tersebut tergolong mustahadhah.

 

Contoh :

·         Keluar darah 10 hari

·         Bersih 10 hari

·         Keluar darah lagi 10

Keterangan : 10 hari pertama dihukumi haid, 10 hari yang tidak keluar darah dihukumi suci, 5 hari dari darah kedua dihukumi istihadhah untuk menyempurnakan masa suci yang masih 10 hari, 5 hari berikutnya dihukumi haid lagi.

 

D. Jika keluarnya darah kedua masih dalam rangkaian 15 hari terhitung sejak keluarnya darah pertama dan keluarnya darah kedua melebihi dari 15 hari terhitung sejak keluarnya darah pertama, maka perempuan tersebut tergolong wanita yang mengalami istihadhah, dan hukumnya akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikutnya.

 

Contoh :

·         Keluar darah 7 hari

·         Bersih 6 hari

·         Keluar darah lagi 7 hari



Bersambung.....


*) Penulis: Aniq Abdullah, S.Pd.I, Guru Fiqih Salaf MANU Miftahul Falah

Posting Komentar

0 Komentar