Habib Hamid saat memberikan tausiyah dalam peringatan Harlah 79 Madrasah NU Miftahul Falah
Kudus, el-miffa.com - Rangkaian peringatan Harlah 79 Madrasah NU Miftahul Falah telah usai dan ditutup dengan pengajian bertajuk Miffa Bersholawat bersama al Habib Hamid bin Sholeh Baagil dari Semarang dan Jamiyyah Ahbaabul Musthofa Kudus. Dalam kesempatan itu, Habib Hamid memberikan tausiyah tentang keistimewaan istighfar terutama di bulan Rajab ini yang sering pula disebut sebagai bulan istighfar.
Habib Hamid tiba di lokasi pengajian beberapa saat setelah mahallul qiyam usai dan disambut oleh Ahbaabul Musthofa dengan sholawat Al Madad karya Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Beliau langsung bergabung bersama para masyayikh dan sesepuh madrasah yang saat itu sudah berada di lokasi. Sebelum Habib Hamid memberikan tausiyah beliau diminta oleh salah satu vokalis Ahbaabul Musthofa untuk melantunkan sholawat walau hanya sekali. Akhirnya beliau pun melantunkan sholawat Nahdliyah disambung dengan sholawat Rajabiyah.
Usai melantunkan sholawat yang diikuti dengan riuh semangat para jamaah yang hadir, beliau pun langsung memberikan tausiyah, salah satunya tentang keistimewaan istighfar. Beliau kemudian bercerita, dahulu ada salah satu kisah datang dari ulama besar pada masa tabiin, yakni Imam Hasan al-Basri dengan salah satu muridnya. Pernah suatu ketika Imam Hasan al Basri didatangi tamu yang mengeluhkan masalah yang sedang dihadapi dan berharap mendapat solusi. Orang tersebut menyampaikan bahwa ditempatnya sedang mengalami kekeringan karena kemarau berkepanjangan. Hal ini didengar salah satu murid Imam Hasan al Basri yang kemudian diam-diam juga ingin tahu jawaban gurunya dan kemudian dicatatnya. Imam Hasan al Basri pun memberikan solusi dengan menyuruhnya agar memperbanyak istighfar.
Di lain hari, datang lagi seorang tamu ke rumah Imam Hasan al Basri yang membawa permasalahannya dengan harapan mendapat solusi dari sang Imam. Orang itu kemudian bercerita kalau dia ingin menikah tapi belum bisa karena tidak punya uang dan biaya menikah. Lagi, sang murid Imam Hasan al Basri pun diam-diam ikut mendengarkan pembicaraan sang guru dengan tamunya dan ingin tahu jawaban dari gurunya yang kemudiam ia catat lagi. Ternyata sang guru memberikan jawaban yang sama, yaitu disuruhnya orang yang datang tadi untuk memperbanyak istighfar. Sang murid mulai ragu kenapa jawabannya sama padahal masalah berbeda.
Kemudian di hari yang lain, datang lagi seseorang ingin sowan kepada Imam Hasan al-Basri yang juga membawa permasalahannya dan berharap mendapatkan solusi. Orang tersbut bercerita bahwa dia sudah lama menikah tapi masih belum juga dikaruniai seorang anak. Sang imam pun memberikan solusi agar orang tersebut memperbanyak istighfar. Hal ini didengar lagi oleh sang murid dan lagi-lagi dia ingin tau jawaban gurunya kemudian mencatatnya. Dia pun tambah ragu dan bingung kenapa sang guru memberikan jawaban yang sama atas tiga permasalahan yang berbeda. Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya kepada gurunya karena merasa bingung dan penasaran.
Akhirnya Imam Hasan al Basri pun memberikan jawaban dan langsung membacakan ayat Q.S Nuh : 10-12.
(10) فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
(11) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
(12) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Artinya: maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."
Mendengar jawaban sang guru dia pun langsung yakin dan percaya bahwa jawaban gurunya benar-benar jawaban yang tepat dan luar biasa berdasarkan al Quran dan dia pun menjadi tau keistimewaan dan dahsyatnya istighfar kepada Allah swt.
Di akhir tausiyahnya, Habib Hamid pun berpesan agar para jamaah memperbanyak istighfar terutama di bulan Rajab ini. Beliau juga berpesan kepada para santri agar jangan pernah ragu kepada guru dan kiai. "Yang membuat kita sukses bukan hanya kecerdasan, tetapi tidak kalah penting juga khidmah (pengabdian) kepada guru dan kiai kita," jelasnya. (MH, red)
0 Komentar