Kunjungi Alamu Siswa-siswi MA NU Miftahul Falah Belajar Pelestarian Parijotho

{[["☆","★"]]}


Kudus, manu-miffa.sch.id.- Salah satu bangunan sederhana namun estetik di lereng Gunung Muria menjadi tempat temu ramah tim jurnalis MA NU Miftahul Falah dengan Triyanto pemilik brand Alammu yang juga menjadi  pelopor sirup Parijotho pada Sabtu (25/03/24). 

Siswa-siswi yang tergabung dalam tim Jurnalis MA NU Miftahul Falah mengunjungi Alamu untuk berdialog dan belajar mengenai parijotho. Kegiatan ini merupakan rangkaian proses produksi majalah edisi ke VIII yang membahas tentang lokalitas Muria. Mereka belajar banyak mengenai perkembangan parijotho di Muria yang merupakan salah satu tradisi peninggalan Sunan Muria. 

"Kita belajar banyak mengenai buah parijotho, yang awalnya dilihat sekedar buah yang asam sepat ternyata bisa menjadi olahan yang beragam dan enak," Ujar Ameliya salah satu tim Jurnalis MA Miftahul Falah. 

Dalam obrolan santai dan asyik, Kak Tri, demikian sapaan akrabnya, menjelaskan panjang lebar mengenai tradisi-tradisi dan peninggalan Sunan Muria. Salah satunya tentang bagaimana ia menciptakan produk olahan buah parijotho. Ia menjelaskan nama parijotho sendiri kepanjangan dari paringono jiwo engkang sejo lan ketoto, yang artinya berikanlah jiwa yang damai dan tertata.

Ia juga menjelaskan awal mula mengkreasikan parijotho menjadi beragam olahan yang kekinian dan lebih menarik. Berawal dari keluh kesah pedagang dan petani parijotho, belum lagi mengenai regulasi penjualan yang belum sehat membuatnya tertarik untuk mengolah buah tersebut. 

"Waktu itu saya yang fotografer di makam Sunan Muria, mendengarkan keluh kesah penjual parijotho, ketika musim kemarau harga parijoto melonjak, tetapi produksi buahnya berkurang sampai 80%. Sementara itu, saat musim hujan mengalami hal sebaliknya," Ujar pria yang juga akrab dipanggil Mas Ribut ini.

Lebih lanjut dia menceritakan keprihatinannya terhadap regulasi penjualan parijotho. Selama ini parijotho dipanen oleh petani kemudian didagangkan oleh para pedagang kepada peziarah Sunan Muria. 

"Parijotho ini buah penuh manfaat, tetapi sayangnya daya tahan kesegaran buahnya hanya sebentar atau cepat busuk," Tambahnya.  

Berawal dari pengalaman-pengalaman tersebut, munculah sebuah gagasan untuk membuat produk dari parijotho. Sayangnya, gagasan tersebut sempat ditolak oleh mayoritas petani parijoto di daerah Colo dan sekitarnya. Tetapi, berkat tekad bulat dan kegigihannya, ia bersama istri berhasil menciptakan produk Parijtho di tahun 2015. Baru di tahun 2017, ia mulai memberanikan diri memberikan branding pada produk tersebut. 

"Dari situlah Alammu dimulai, tepatnya 14 Juli 2017. Alammu memanfaatkan dunia digital untuk memperkenalkan dan mengembangkan produknya ke masyarakat luas. Alammu adalah kepanjangan dari Alam Muria," Akunya kepada jurnalis El Miffa.

Brand alammu berfokus pada produk yang dihasilkan dari buah parijotho sebagai warisan tradisi di lereng Muria. Produk utamanya adalah sirup Parijotho. Selain itu, alammu juga memproduksi produk-produk olahan parijoto lainnya, seperti teh, snack, permen, dan juga minuman fermentasi. 

Produksi Alammu adalah upaya yang bisa dilakukan oleh Triyanto untuk turut serta melestarikan tradisi Sunan Muria. Ia menjelaskan bahwa buah Parijtho yang masyhur memiliki manfaat baik bagi ibu hamil, ternyata bukan hanya mitos belaka. Sudah banyak konsumen Alammu yang membuktikan khasiatnya. Hal ini juga didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah. Bahkan ada juga beberapa perusahaan obat yang turut serta ingin mengembangkan olahan Parijotho yang penuh manfaat tersebut.



Reporter : 

Mamila Azezit Tuqo 

(Peserta didik MA NU Mitahul Falah XIIA)

Posting Komentar

0 Komentar