Tiga Pilar Kebangkitan Nasional untuk Bangkit menjadi Indonesia Emas

{[["☆","★"]]}

 

Kudus, manu-miffa.sch.id- Sudah lebih dari satu abad, tepatnya 116 tahun silam, tokoh pemuda terpelajar Indonesia, yaitu dr. Soetomo, Tjipto Mangunkusumo, dan beberapa tokoh pemuda lain mewujudkan gagasan dr. Wahidin Soedirohoesodo memulai diskusi mengenai nasib bangsa ini. Apakah kita akan pasrah di bawah penjajahan kolonialisme Belanda atau kita bangkit dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa? Merekalah sosok pribumi terpelajar yang berinisiatif mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kibrah gagasannya membawa Indonesia untuk bangkit  dari nabis buruknya berabad-abad. 

Meneladani semangat Soetomo seabad silam, pemuda Indonesia masa kini wajib bangkit untuk membangun bangsa ini. Pelajar jangan terlena dan terlelap dalam tidur. Asyik dengan dunianya sendiri. Tidak harmonis dengan lingkungannya sendiri. Bangsa ini butuh kekuatan penggerak untuk bangun "tidur"nya. 

Satu abad yang lalu, pemudalah yang bangkit, membangunkan bangsa kita yang masih terbelenggu dari penindasan untuk bangkit melawan penjajah. Pemuda harus memiliki pikiran yang cemerlang, dimulai dari hal-hal kecil seperti penampilan  fisik yang rapi. Pemuda juga harus berani menghadapi tantangan. Bangsa kita saat ini membutuhkan pemuda yang kuat. Penampilan fisik yang kuat, pemikiran yang kuat, juga akhlak yang kuat untuk membawa nama Indonesia di kancah internasional.

Bangsa ini selama 3,5 abad berada pada masa penjajahan Belanda, terkungkung dalam kebodohan.  Rakyat pribumi tidak diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan mutlak diperlukan untuk memajukan bangsa kita. Jika kita mengabaikan pendidikan dan  terlena dalam kebodohan, maka bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan, bangsa kita kembali terbelenggu dalam penjajahan, apapun bentuknya.

Melihat keterbelengguan pribumi tanpa akses pendidikan yang baik. Para pemuda bergerak untuk menuntut hak mengenyam pendidikan di masa penjajahan. Pendidikan menjadi barang emas yang amat berharga pada masa itu, dengan pendidikan bangkitlah bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaan. Pendidikan menjadi kunci atas keterbelakangan dan terkekangnya pemikiran masyarakat. Pendidikan adalah ilmu, ilmu adalah cahaya. Dengan cahaya itu, bangsa kita dituntun menuju kemerdekaan.

Setelah mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan dan memperoleh berbagai ilmu, selanjutnya para pemuda pada masa itu mendirikan berbagai organisasi. Boedi Oetomo menjadi organisasi pertama yang didirikan tokoh pemuda pribumi. Setelah itu, lahirlah Indische Partij,  Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, dan organisasi-organisasi lainnya. Seperti halnya Boedi Oetomo, organisasi-organisasi tersebut juga melakukan pergerakan melawan penjajah.

Jadi, jelas bahwa melalui organisasi, pemuda bumiputera pada masa itu, bisa bergerak dan berjuang bersama merebut kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Pemuda saat ini tentu harus berorganisasi. Aktif mengikuti kegiatan di berbagai organisasinya. Misalnya pemuda NU aktif dalam berbagai  kegiatan, seperti IPNU, IPPNU,  Ansor, Fatayat, dan sebagainya.

Inilah tiga unsur penting yang menjadi tonggak sejarah kebangkitan bangsa Indonesia. Pemuda, pendidikan, dan organisasi. Pemuda terpelajar, salah satunya dr. Soetomo bersama tokoh pemuda lainnya, pada tanggal 20 Mei 1908 mendirikan organisasi Boedi Oetomo. Organisasi tersebut terus mengobarkan semangat juang hingga meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Demikian isi sambutan yang disampaikan Kepala MA NU Miftahul Falah, Moh. Ali Nuhin, S. Pd. saat menjadi pembina upacara peringatan hari kebangkitan nasional, Senin, 20 Mei 2024 di halaman MA NU Miftahul Falah.

Pada kesempatan upacara yang berlangsung khidmat tersebut juga dikumandangkan lagu nasional Bagimu Negeri oleh tim paduan suara Gita Swara El Miffa yang diikuti serempak oleh seluruh peserta upacara. 



Redaktur 

Assylla Zahra Tiara  (X A)

Tafrikhatun Ni'mah (XB)

Posting Komentar

0 Komentar