Dua Tokoh Bapak Bahasa Indonesia: Raja Ali Haji dan M. Tabrani

{[["☆","★"]]}

 

Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah peristiwa bersejarah yang menjadi tonggak lahirnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda tahun 1928, para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara sepakat menjunjung tinggi satu bahasa, yaitu Bahasa Indonesia. Keputusan itu bukan sekadar simbol persatuan, melainkan juga langkah besar dalam membangun identitas bangsa yang merdeka.
Namun jauh sebelum dan sesudah peristiwa bersejarah itu, ada tokoh-tokoh yang berperan besar dalam membentuk dan memperjuangkan bahasa ini. Dua di antaranya adalah Raja Ali Haji dan Muhammad Tabrani, yang sama-sama dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia karena jasa mereka dalam merintis dan memperkuat kedudukan bahasa Indonesia.

1. Raja Ali Haji (1808–1873)

Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, sekitar tahun 1808. Ia berasal dari keluarga bangsawan dan ulama terkemuka di Kesultanan Riau-Lingga. Sejak kecil, Raja Ali Haji telah mendapat pendidikan agama, sastra, dan ilmu bahasa. Ia dikenal sebagai seorang ulama, pujangga, sejarawan, dan budayawan yang memiliki pengaruh besar di dunia Melayu.

Karya terkenalnya adalah Gurindam Dua Belas, yang berisi nasihat moral dan nilai kehidupan. Selain itu, Raja Ali Haji juga menulis Kitab Pengetahuan Bahasa, yang merupakan kamus pertama yang membakukan bahasa Melayu Riau. Melalui karya ini, ia menertibkan ejaan, struktur, dan makna kata dalam bahasa Melayu, sehingga menjadi bahasa yang baku dan halus.

Raja Ali Haji dianggap sebagai Bapak Bahasa Indonesia karena jasanya membakukan tata bahasa Melayu Riau — bentuk bahasa yang kemudian dijadikan dasar bagi Bahasa Indonesia modern. Ia mewariskan pondasi kebahasaan yang kuat sehingga bahasa Indonesia memiliki akar yang jelas dan kokoh.

2. Muhammad Tabrani (1904–1984)

Muhammad Tabrani Soerjowitjitro atau M. Tabrani lahir di Pamekasan, Madura, pada tahun 1904. Ia dikenal sebagai wartawan, politisi, dan tokoh pergerakan nasional. Setelah menempuh pendidikan di HBS (Hogere Burger School) Surabaya, Tabrani aktif dalam dunia pers dan menjadi salah satu pemimpin muda yang berani menyuarakan semangat kebangsaan. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pada tahun 1926, M. Tabrani adalah orang pertama yang mengusulkan penggunaan istilah “Bahasa Indonesia” untuk menggantikan “Bahasa Melayu.” Ia menyampaikan gagasan tersebut dalam rapat Jong Indonesia di Batavia. Dua tahun kemudian, gagasan itu menjadi kenyataan ketika para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda 1928 dengan menyebut “Bahasa Indonesia” sebagai bahasa persatuan.

M. Tabrani disebut Bapak Bahasa Indonesia karena dialah penggagas istilah dan konsep “Bahasa Indonesia”. Ia memperjuangkan agar bahasa ini tidak dianggap milik satu suku, tetapi menjadi milik seluruh bangsa Indonesia, simbol persatuan, dan identitas nasional.

Baik Raja Ali Haji maupun Muhammad Tabrani memiliki peran yang saling melengkapi dalam sejarah bahasa Indonesia. Raja Ali Haji memberikan dasar linguistik dan kaidah kebahasaan, sementara M. Tabrani memberikan nama dan semangat nasionalisme bagi bahasa itu. Berkat jasa mereka, kini bahasa Indonesia menjadi jembatan pemersatu lebih dari 700 bahasa daerah di Nusantara — bahasa yang menyatukan perbedaan dan memperkuat jati diri bangsa.



Penulis

Asri Noorrodliyah, S.Pd

(Guru Bahasa Indonesia MA NU Miftahul Falah)

Posting Komentar

0 Komentar