Nama lengkap: Dr. H. Mochammad Tho’at Muhtar, M.Kes
Nama panggilan: Tho’at
Tempat tanggal lahir: Kudus, 6 oktober 1970
Agama : Islam
Hobby : Membaca
Motto Hidup : Hidup adalah berjuang
Istri: Hj. Istiqomah
Anak : Muhammad Ilham Zidalhaq, Najma Ratu Faradisa
Santri Harus Maju, Pintar, dan Kaya
Mochammad Tho’at Muhtar adalah salah satu dari sekian banyak alumni MA NU Miftahul Falah yang mendulang kesuksesan. Utamanya di dunia pendidikan. Kecintaannya terhadap ilmu tidak hanya membuatnya gigih belajar, tapi juga semangat dalam membuat lembaga pendidikan.
Moch Tho’at lahir di desa Glagah, pada tanggal 06 Oktober 1970. Ayahnya seorang buruh tani yang hidupnya pas-pasan. Walaupun begitu, ia dan keluarganya mempunyai semangat membara dalam menuntut ilmu.
Pendidikan pertama dilaluinya di MI NU Miftahul Huda, Glagah Kulon, Dawe (1984). Kemudian melanjutkan pendidikannya di MTs NU Miftahul Falah lulus tahun (1988). Dan MA NU Miftahul Falah lulus tahun (1992).
Selama sekolah di Miftahul Falah, Moch Tho’at juga menjadi santri di Ponpes Assyafi’iyah (dulu terletak di sebelah utara Masjid Raudlotus Sholohin Cendono) yang diasuh oleh KH Manshur Jailani, KH Ahmad Arwan, KH Masyhadi, serta kiai-kiai lainnya yang juga mengajar di Madrasah NU Miftahul Falah.
Setelah lulus Aliyah, Moch Tho’at melanjutkan kuliah S1 di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang (1996). Pendidikan S2 nya di tempuh di kampus yang sama, dengan mengambil konsentrasi Program Pendidikan Hukum Islam (2000). Selain studi S2 di IAIN, ia juga mengambil program Pasca Sarjana di Poltekes Jakarta (2006). Dan saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa S3 di UNNES Semarang tahun (2015-sekarang).
Keluarga dan Organisasi
Saat kuliah S2 beliau memutuskan untuk menikah dengan wanita pilihannya yaitu Istiqomah. Mereka dikaruniai dua orang anak. Yang pertama yaitu Muhammad Ilham Zidalhaq yang sekarang kuliah semester 3 di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang. Yang kedua bernama Najma Ratu Faradisa, saat ini masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Bersama dengan istri dan kedua anaknya, beliau kini menetap di jalan Ngasinan no. 5 Purworejo Bae kudus.
Pak Tho’at (panggilan akrab Moch Tho’at) termasuk tipe orang yang suka berorganisasi. Baginya organisasi adalah tempat belajar sekaligus medan berjuang. Selama menimba ilmu di Miftahul Falah, ia aktif di berbagai organisasi pelajar seperti OSIS dan IPNU. Bahkan ia pernah didaulat menjadi ketua OSIS MA NU Miftahul Falah masa khidmah 1989/1990. “Ini adalah pengalaman kali pertama saya menjadi seorang pemimpin organisasi,” kenangnya.
Pengalaman berorganisasi Pak Tho’at semakin matang. Saat menjadi mahasiswa ia juga aktif di organisasi kemahasiswaan baik di kampus maupun di luar kampus. Ia juga pernah menjadi wakil ketua Ansor Kecamatan Dawe, Wakil ketua MWC NU Bae, dan sekarang sebagai wakil ketua MUI Kecamatan Bae.
Di dunia pendidikan, ia pernah menjadi pengajar di MA NU Miftahul Falah untuk mata pelajaran Sosiologi Antropologi. Beliau juga pernah menjabat sebagai kepala MTs. NU Miftahul Huda Glagah. Dan saat ini menjadi kapala SMK Duta karya. Juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren Duta Aswaja.
Hobi dan cita-cita
Seorang Moch Tho’at Memiliki hobi yang banyak. Di antaranya adalah membaca dan mendengarkan berita. Dan satu lagi hobinya yang unik, yaitu mendirikan lembaga pendidikan. Di setiap tempat yang disinggahinya, ia ingin mendirikan lembaga pendidikan. Pada saat masih kuliah di Semarang, ia bersama kawan-kawan alumni MA NU Miffa mendirikan TPQ yang diberi nama Miftahul Falah.
Beliau juga mendirikan MTs NU Miftahul Huda, Glagah. Bahkan pada tahun 2008 Pak Tho’at mendirikan dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekaligus, yaitu SMK Ar-Rodiyah di Semarang, dan SMK Duta Karya di Panjang, Kudus. Setahun yang lalu beliau juga mendirikan SMP Tahfidz Duta Aswaja di Purworejo Bae (2018/2019). Sekaligus juga sebagai pendiri Pondok Pesantren Duta Aswaja Purworejo Bae Kudus. Ia juga yang memprakarsai didirikannya IMAM (Ikatan Mutakhorijin Miftahul Falah). Dan ia terpilih menjadi ketuanya.
Pengalaman hidup
Sebelum menyandang Magister Manajemen Kesehatan, Moch Tho’at juga pernah mengalami pengalaman hidup yang pahit. Saat kuliah S2 bersama dengan keluarga barunya tinggal di rumah kontrakan. Pernah menjadi penjual es degan dekat kampusnya. Sekalipun dengan ekonomi yang sulit, ia berprinsip bahwa kuliahnya harus selesai. Tantangan hidup pasti ada. Menurutnya tantangan hidup menjadi episode cerita yang harus dilalui. “Miskin dan gagal adalah episode saja yang harus dilewati. Setelah itu akan hilang dengan sendirinya. Jadi tidak boleh takut dengan kegagalan,” pesannya.
Moch Tho’at bukan orang yang selalu berhasil. Ia juga pernah mengalami kegagalan, yaitu mendirikan Akademi Farmasi dan ternyata harus berhenti di tengah jalan.
Menurut Pak Tho’at, santri harus maju, pintar, dan kaya. Itulah prinsip yang selalu menyemangatinya. Kini ia bisa dibuktikan kesuksesannya dengan memiliki lembaga pendidikan di mana-mana. Menurutnya, santri madrasah itu hebat. “Santri madrasah itu sama dengan siswa umum secara akademis, tetapi dari segi agama santri madrasah lebih unggul dari siswa umum,” katanya menyemangati.
Kepada para santri Pak Tho’at berpesan agar selalu belajar dan terus belajar. “Long life education. طلب العلم من المهد الى اللحد . Maka dari itu, tekunlah belajar dan janganlah berhenti belajar.”
(Laila Shofiatur Rohmah, Asma’ Kholifatul Ummah, dan Linda Saputri Dewi)
0 Komentar