Potensi Ambas Tebu Sebagai Penjernih Minyak Jelantah

{[["☆","★"]]}
Oleh : Alina Hidayah _ XI B IPA 2

Minyak goreng merupakan kebutuhan yang tidak bisa terlepas dari kebutuhan manusia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2017) menyebutkan bahwa total penggunaan minyak goreng sawit Indonesia mencapai 1,90 juta ton pada tahun 2012 dan terus mengalami meningkatan menjadi 2,45 juta ton pada tahun 2017. Dari data tersebut, maka semakin banyak minyak goreng yang dipergunakan, semakin banyak juga limbah yang dihasilkan.

Limbah minyak goreng bekas atau minyak jelantah memiliki sifat fisik yang dapat di kenali dengan warnanya yang hitam dan bau yang menusuk. Hai ini di sebabkan karena pemanasan yang berulang-ulang pada minyak goreng dengan suhu tinggi sehingga menghasilkan asam lemak bebas.

Meningkatnya kadar asam lemak bebas (ALB) pada minyak goreng dikarenakan penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang, akibatnya minyak goreng tidak baik untuk di konsumsi. Kualitas dari minyak goreng ditentukan dari kadar asam lemak bebasnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penurunan kadar asam lemak bebas. Salah satu cara untuk penurunan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas dengan menggunakan ampas tebu sebagai adsorben.

Tabel 1. Komposisi minyak jelantah

Komposisi kimia    Kandungan (%)
Abu Lignin    0,79
Pentosa    12,7
Sari alkohol     27,9
Sari benzena    2
Selulosa    44,7
Kelarutan dalam air panas    3,7

Penggunaan adsorben merupakan metode alternatif dalam pengelolahan limbah. Metode ini efektif dan murah karena dapat memanfaatkan produk samping atau limbah pertanian. Beberapa produk samping pertanian yang berpotensi sebagai adsorben, yaitu tongkol jagung, gabah padi, gabah kedelai, biji kapas, jerami, ampas tebu, serta kulit kacang tanah.

Minyak jelantah bisa di pakai kembali dalam keadaan bersih tanpa kotoran, dengan menggunakan ampas tebu sebagai bahan penyerap. Bahan penyerap tebu yang sudah di jadikan partikel bisa langsung digunakan dengan mudah oleh ibu-ibu rumah tangga untuk memproses minyak jelantah menjadi layak pakai

Al-Qur’an telah menyebutkan tentang kayu yang hijau yaitu surat yasin ayat 80 yang berbunyi:
الذى جعل لكم من الشجر الا خضر نا را فاءذا انتم منه نو فدون
Artinya:’’ yaitu tuhan yang menjadikan untuknu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (QS. Yasin : 80)

Maksud dari Al-Quran surat Yasin ayat 80 menjelaskan, kayu yang hijau, dimana zat hijau daun berada dan tempat terjadinya reaksi fotosintesis yang menghasilkan O2 sebagai subtansi terpenting dalam proses pembakaran. Zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam mengubah tenaga radiasi menjadi tenaga kimia melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan energi.

Bahkan, istilah al quran, al-syajar al-akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau. Hasil dari proses fotosintesis yang berupa oksigen (O2) sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup lainnya untuk proses respirasi. Sebaliknya, dari hasil proses respirasi yang berupa karbon dioksida (CO2) kembali di butuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.

Hal ini dapat diketahui bahwa antara makhluk satu dan lainnya saling membutuhkan dan keseimbangan alam yang diciptakan oleh allah SWT sangat sempurna. Kayu yang hijau bisa berarti tanaman tebu dimana tanaman tebu dapat diolah menjadi gula. Batang tebu (Sacharum officinarum) menggandung air gula yang berkadar sampai 20%, jika air tebu diubah menjadi gula dan ampas dari tebu tadi tidaklah dibuang begitu saja. Allah SWT tidak akan menurunkan sesuatu di bumi dengan sia-sia seperti halnya limbah ampas tebu.

Ramdja,dkk (2010) telah melakukan penelitian mengenai pemurnian minyak jelantah dengan proses adsorpsi menggunakan ampas tebu sebagai adsorben. Pemurnian ini dilakukan dengan menambahkan ampas tebu sebanyak 5-7% berat minyak ke dalam minyak jelantah dan direndam selama 48 jam. Setelah di lakukan penyaringan didapatkan minyak dengan warna gelas yang telah berisi minyak, secara perlahan lebih jernih. Berikut ini merupakan langkah dalam proses penjernihan minyak goreng menggunakan ampas tebu.
1.    Menyiapkan ampas tebu yang diperoleh dari sisa-sisa penggilingan sari tebu
2.    Kemudian mencuci bersih ampas tebu tersebut dari kotoran-kotoran yang melekat
3.    Setelah di cuci, mengeringkan ampas tebu tersebut di bawah terik matahari
4.    Menyiapkan minyak jelantah dalam erlenmeyer
5.    Kemudian memasukkan ampas tebu yang telah di jemur tadi ke dalam minyak jelantah
6.    merendam minyak dan ampas tebu tersebut dalam beberapa varian waktu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam lalu disaring.

Hasil dan pembahasan mengenai kandungan asam lemak bebas pada minyak jelantah yang sudah dijernihkan bisa dilihat pada gambar dibawah ini.




Melihat gambar di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan angka ALB (Asam Lemak Bebas) pada minyak kelapa bekas dimana ALB pada minyak kelapa bekas sebelum perendaman sebesar 0,39%, kemudian setelah dilakukan perendaman selama 24, 48 dan 72 jam menggunakan bubuk ampas tebu terjadi penurunan kadar asam lemak bebas yaitu menjadi 0.19%, 0.17% dan 0.15%.

Dengan  demikian, waktu  perendaman  menggunakan ampas tebu dapat menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak sampel. Semakin lama  waktu perendaman yang dilakukan maka kadar ALB akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu perendaman maka daya adsorpsi ampas tebu semakin meningkat. Adsorpsi kandungan asam lemak bebas oleh ampas tebu terhadap minyak jelantah dengan lama perendaman selama 72 jam bekerja dengan lebih baik.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa perendaman maka kualitas minyak yang dihasilkan semakin baik karena penurunan angka ALB semakin besar. Jika tidak didaur ulang, maka minyak jelantah hanya akan menjadi limbah yang mencemari lingkungan padahal kita dapat memanfaatkannya kembali dengan proses pemurnian menggunakan limbah ampas tebu. Jadi, tidak ada brang yang sia-sia, karena semua Allah SWT ciptakan itu bermanfaat.

Posting Komentar

0 Komentar