INDAHNYA WISATA RELIGI KALIYETNO

{[["☆","★"]]}
                                                                                        Juru Kunci Makam Kaliyetno (baju hijau).

Banyak tempat ziarah yang dapat dikunjungi di kabupatan Kudus. Salah satunya yang belum terlalu terkenal yaitu makam Sunan Kaliyetno yang berada di kawasan lereng gunung muria, tepatnya desa Ternadi kecamatan Dawe kabupaten Kudus.
            Sejatinya makan Sunan Kaliyetno ini bukanlah makam, tapi petilasan. Yaitu petilasan Kanjeng Sunan Kalijaga. Bagaimana ceritanya? Menurut penuturan juru makan Kaliyetno, Suparlan, Sunan Kaliyetno hidup pada zaman sunan Bonang. Suatu ketika, ada seorang brandal atau perampok yang bernama Loka Jaya. Ia bertemu dengan Sunan Bonang, Loka Jaya hendak merampok Sunan Bonang namun tidak berhasil. Sunan Bonang lalu menunjuk ke pohon jati dan poghon jati itu berubah menjadi emas. Loka Jaya pun terheran – heran dan akhirnya ia tunduk kepada Sunan Bonang. Loka Jaya akhirnya memohon kepada Sunan Bonang untuk dijadikan muridnya.
            Untuk menjadi murid Sunan Bonang tidaklah  mudah. Sunan Bonang memberikan syarat kepada Loka Jaya agar menjaga tongkat atau pusaka di sungai daerah Bonang. Setelah satu tahun berlalu Sunan Bonang kembali ke sungai di mana ia meninggalkan tongkat atau pusakanya itu. Dan ternyata Loka Jaya masih setia menunggui tongkat gurunya itu.
Selanjutnya Sunan Bonang menyuruh Loka Jaya untuk melanjutkan perjalanan ke arah utara. Sampailah Loka Jaya di desa Ternadi. Di sana Loka Jaya diperintah untuk menjaga tongkat atau pusaka Sunan Bonang. Tepatnya di sungai Ternadi selama 3 tahun. Tidak hanya itu Sunan Bonang pun memerintahkan kepada Loka Jaya untuk melanjutkan perjalanannya ke Demak. Setelah sampai di Demak Loka Jaya diangkat menjadi sunan dengan sebutan Sunan Kali Jaga.
            Menurut Suparlan, peninggalan pertapaan Loka Jaya yang ada di Ternadi di namakan Kaliyetno. Kali artinya sungai, sementara Yetno artinya maiyite kono.  Maksudnya adalah tempat peninggalan pertapaan Loka Jaya dan ada sebuah makam yang merupakan petilasan Sunan Kali Jaga ( Loka Jaya ) artinya bukan makam sebenarnya.
            Di belakang makam kaliyetno ada beberapa pohon bambu yang menurut juru kunci adalah tongkat Sunan Bonang yang dulu dijaga oleh Sunan Loka Jaya yang pada massanya berubah menjadi bambo. “ Bambu itu dulunya adalah bambu kuning dan sekarang menjadi bambu apus. Mengapa bisa demikian ? Negara kita sekarang ini sedang mengalami kekacauan yang universal,” jelas Suparlan.
Indahnya bukit Cawangan.

            Makam kaliyetno sering dikunjungi oleh masyarakat. “Paling ramai adalah tanggal 10 Dzulhijjah. Warga sekitar memperingati khoul atau pengajian di makam Kaliyetno dan pada hari jum’at kliwon makam kaliyetno juga banyak di kunjungi oleh masyarakat Ternadi maupun masyarakat dari luar desa Ternadi,” tuturnya.
            Kaliyetno kini menjadi tempat wisata yang cukup ramai. Selain makam Sunan Kaliyetno untuk berziarah, masyarakat juga bisa menikmati banyak pemandangan pegunungan yang indah. Ada wisata Air Terjun yang indah dengan airnya yang jernih. Ada juga Gardu Pandang atau Bukit Cawangan. Di sini kita bisa menyaksikan panorama perbukitan dan jurang yang menawan. Kita bisa menikmatinya dari atas. Ada pula Batu Payung. Sebuah batu besar yang berbentuk payung. Batu Payung ini bukan buatan manusia. Tapi alami terbentuk oleh fenomena alam. Di sekitarnya terdapat pohon-pohon besar yang sangat rindang.  Dan masih ada banyak lagi tempat wisata di sekitar Bukit Ternadi yang bisa dinikmati bersama keluarga.
Replika menara Evel di bukit Kaliyetno
            Para pengunjung tempat wisata bukit Ternadi benar-benar bisa menikmati suasana pegunungan yang indah dan menawan. Mulai dari bawah pengunjung akan menjumpai makam Kaliyetno dan masjid yang di sekitarnya terdapat warung – warung untuk istirahat seperti minum kopi atau yang lainnya. Setelah istirahat mereka dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor atau jalan kaki. Untuk wisata pertama kita dapat mengunjungi wisata air terjun dan setelah puas melihat air terjun kita bisa melanjutkan perjalan. Perjalanan wisata yang tidak akan membosankan karena terdapat kebun – kebun kopi yang sedap dipandang sepanjang jalan.
Sarang burung di bukit Cawangan.

            Selanjutnya sampailah kita di wisata Gardu Pandang yang berada di bukit Cawangan. Di Gardu Pandang atau bukit cawangan kita bisa menjumpai gardu, sarang burung, gardu berbentuk love ( hati ), gardu berbentuk bunga matahari, gardu yang berbentuk lingkaran yang dibuat dari bambu, dan replika menara Evel. Di sana kita tidak hanya menjumpai itu saja tapi juga difasilitasi tempat untuk istirahat sekedar ngopi – ngopi atau berbincang – bincang. Juga terdapat fasilitas untuk keperluan MCK.
Air Terjun

            Tempat yang bisa dinikmati selanjutnya adalah Batu Payung yang terletak di atas bukit. Di sini kita bisa menyaksikan hutan, perkebunan, perumahan penduduk dan keindahan pegunungan dari atas bukit di sekitar Batu Payung.  
            Kekurangan wisata kaliyetno adalah tempat-tempat istirahat di bukit cawangan yang sudah muali rusak. MCK juga belum ada atapnya. Namun kekurangan-kekurangan itu tertutupi dengan panorama pemandangan alam yang menakjubkan. (Khamidum Madjid, Rif’an Maulana).

Posting Komentar

0 Komentar