Oleh : Mualim*
Mualim dan santri-santri binaannya saat berkunjung ke Ponpes Sirojut Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan.
“Ayo, kemarilah, mendekatlah kepadaku,” ajak isteri Al ‘Aziz kepada Yusuf.
“Aku berlindung kepada Allah,…” Yusuf menolak
Remaja itu bernama Yusuf. Cerdas, berbudi,
jujur, bertanggungjawab, dan rupawan. Tutur katanya lemah dan lembut. Wajahnya
mempesona laiknya malaikat. Siapapun yang melihatnya akan terpesona, terpukau,
terpikat dan selanjutnya jatuh hati padanya.
Namun, siapa sangka hidupnya penuh luka dan
duka. Sejak kecil Yusuf hidup jauh dari
ayah, ibu, dan saudara-sudaranya. Bermula dari sebuah peristiwa memilukan yang
menimpanya semasa kanak-kanak. Dimana
saudara-saudaranya bermufakat jahat kepadanya. Mereka bersepakat membuang Yusuf
di sebuah sumur, di pinggir jalan, jauh dari rumah mereka.
Nasib baik memihak Yusuf. Rombongan karapan
pedagang dengan tujuan ke negeri Mesir singgah di sumur tersebut, melepas
dahaga. Begitu melihat Yusuf kecil, timbul insting bisnis salah seorang
pedagang. Ia memungut Yusuf dan membawanya ke Mesir.
Di negeri seribu menara tersebut Yusuf dijual
di pasar budak. Kebetulan, seorang pejabat kerajaan, Al Aziz namanya beserta
isterinya, menawar dan membelinya.
Sudah lama isteri Al Aziz (imroatul ‘Aziz)
berhasrat dan menaruh hati kepada Yusuf, anak asuhnya atau mungkin ia
menganggap Yusuf sebagai budaknya. Hasrat itu semakin dipendam, justru semakin
tumbuh subur dan semakin kuat menghujam dihatinya. Dan sulit untuk
dibendung.
Ia menunggu-nunggu kesempatan untuk
menumpahkan segala isi hatinya kepada Yusuf. Akhirnya kesempatan itu datang
juga. Ketika hanya ia dan Yusuf yang ada di rumah. Ia segera menutup
pintu-pintu rumahnya rapat-rapat.
“Duhai
Yusuf, alangkah tampannya wajahmu. Rambutmu, matamu, … o, sungguh indah
mempesona.” isteri Al ‘Aziz mulai menggoda.
“ayo,
mendekatlah kepadaku, wahai Yusuf,” ajaknya
“aku berlindung kepada Allah, ….” kata Yusuf
menolak ajakan Isteri Al Aziz.
Yusuf pun segera berlari ke pintu. Ia harus
keluar, keluar, dan keluar. Ia harus menghindar dari godaan dan rayuan isteri
Al ‘Aziz. Ia harus menyelamatkan kesucian diri, kehormatan keluarga Al Aziz, dan kemuliaan imannya dari
kemungkinan malapetaka yang akan terjadi.
Akan tetapi, isteri Al ‘Aziz telah kehilangan
akal sehatnya, hasrat dan nafsu telah menguasai dirinya. Ia tidak mau
kehilangan kesempatan tersebut. Secepat kilat Ia menyusul dan mengejar Yusuf.
Keduanya berlomba menuju pintu. Ia menarik gamis (baju) Yusuf dari belakang.
Dan …. “kreek!” baju Yusuf terkoyak. Sebelum keduanya sampai, Al Aziz
telah berdiri di depan pintu.
Peristiwa memilukan ini mendapatkan perhatian
serius dari Al ‘Aziz dan masyarakat Mesir. Pengadilan digelar untuk mencari
siapa yang benar dan siapa yang salah. Vonis hakim menyatakan bahwa Yusuf adalah
pihak yang benar sedangkan isteri Al ‘Aziz pihak yang salah.
Sebagaimana Yusuf, remaja masakini juga
mengalami rayuan dan godaan yang luar biasa. Bukan dari isteri Al Aziz, tetapi
dari konten-konten pornografi, sinetron-sinetron percintaan remaja, film-film yang mengumbar
nafsu, pornoaksi, dan media massa pembangkit syahwat. Semua itu telah meracuni
otak-otak remaja kita saat ini.
Akibatnya, kreativitas remaja kita tumpul,
iman melemah, dan semangat belajar menurun. Lebih parah lagi, dengan dukungan
IT remaja hanya mengejar kesenangan dan melayani nafsu (hedonis). Secara
biologis remaja tumbuh, namun secara psikis dan spiritual perkembangan remaja
hancur.
Lantas bagaimanakah remaja menepis serangan
godaan-godaan tersebut? Berikut jurus-jurus remaja menepis godaan hasrat; pertama,
membekali diri dengan ilmu. Remaja harus mengerti betul mana perkara yang baik
dan mana yang buruk. Perilaku-perilaku apa saja diperintahkan oleh syari’at
dan yang dilarang oleh syari’at.
Contohnya, berbakti kepada orangtua itu
diprintahkan sedangkan durhaka itu dilarang. Berzina itu terlarang dan mendatangkan
laknat, sedangkan menikah itu diperintahkan dan mendatangkan nikmat. Menuntut
ilmu (tolabul ilmi) itu wajib, sedangkan menyia-nyiakan usia itu
terlarang.
Kedua, menggunakan akal sehat. Remaja hendaknya
menggunakan akal sehatnya untuk menimbang segala perbuatan yang ia pilih. Apa
manfaat dan apa madorotnya?
Ketiga, selalu mendekat diri kepada Allah dan
memohon pertolongan-Nya. Caranya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan
aturan syari’at. Selalu memohon kepada Allah agar selamat dari godaan-godaan
hidup. Selain itu, memohoan kepada Allah agar mampu melaksanakan
kebajikan-kebajikan hidup.
Jika remaja mampu mengusai dan menggunakan
ketiga jurus tersebut dengan baik, isyaallah remaja akan mampu menepis
godaan-godaan nafsunya dengan konsekuensi apapun.
Dan dalam diri Yusuf telah terkumpul semua
jurus tersebut. Ia pun mampu menepis godaan isteri Al Aziz meskipun ia harus
menanggung akibat dari pilihannya : mendekam di penjara.
“sungguh aku telah menggoda untuk menundukkan
dirinya, tetapi ia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan
kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang
hina,” isteri
al Aziz mengancam Yusuf.
“wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka….” tegas Yusuf. Wallahu
a’lam.
*Pengajar di MTs. NU Miftahul Falah Cendono
1 Komentar
tes komentar
BalasHapus