Menyambut Usia Akil Baligh

{[["☆","★"]]}

Oleh : Mualim*


រkil artinya orang yang berakal, cerdik dan pandai. Orang yang berakal memiliki kecerdasan dan kematangan untuk menentukan pilihan hidupnya. Pilihan ini tentu untuk kemaslahatan hidupnya. Jika orang telah mampu mengarahkan perilaku dan perbuatannya untuk kebaikan hidupnya berarti ia bisa disebut âkil. Fase awal orang disebut akil adalah tamziz, yakni kemampuan seseorang membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Misalnya, Si Fulan murid kelas 3 MI/SD. Oleh ibunya ia diberi uang saku lima ribu rupiah. Ia lantas membelanjakan tiga ribu rupiah untuk membeli jajan dan minuman. Karena pensilnya hilang, lantas sisanya dua ribu  rupiah ia belikan pensil. Si Fulan ini berarti sudah termasuk akil, cukup akalnya. Karena ia mampu membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan lain kata, ia sudah bisa berpikir tentang kebutuhan dan tindakan yang baik untuk dirinya, meski masih pada tahap sederhana (tahap tamziz).
Selain itu anak juga sudah timbul kesadaran moralnya. Anak sudah mulai menyadari bahwa jujur itu baik dan berbohong itu buruk (dosa). Anak juga bisa membedakan bahwa mengambil barang milik orang lain itu buruk, sedangkan mengembalikan pensil temannya itu baik. Indikator-indikator seperti ini jika sudah tampak pada diri seorang anak, maka dia mulai memasuki tahap tamziz, yakni tahap yang akan mengantarkannya menjadi orang berakal (akil).
Jika demikian, maka sebelum seseorang mencapai usia akil baligh, ia mengalami tahap tamziz. Tahap ini  bercirikan secara psikomotorik anak sudah mampu makan minum, mandi, memakai pakaian, dan beristinjak sendiri. Selain itu secara psikis timbul kesadaran moral: baik-buruk,  salah- benar, berdosa, berpahala, tanggungjawab, dan lainnya. Anak yang menginjak usia akil baligh  juga sudah bisa diajak berpikir abstrak: bisa diajak untuk mengenal Allah SWT, menyadari akan hal-hal ghaib, malaikat, surga, neraka, dan lainnya.        
Selanjutnya baligh berarti orang yang sudah mencapai kedewasaan. Menurut Syeikh Salim bin Samir Al Khadlromy, penulis kitab Matan Safinatun Naja, kedewasaan (bulugh) ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1.      Sempurnanya umur lima belas tahun bagi laki-laki dan perempuan.
2.      Mimpi basah (mimpi mengeluarkan air mani) bagi laki-laki dan perempuan yang telah berumur sembilan tahun.  
3.      Haid (menstruasi) bagi perempuan yang telah berumur sembilan tahun   
Jika demikian, akil berarti kedewasaan seseorang dilihat dari aspek psikis, kejiwaan, atau aspek ruhaniah. Sedangkan baligh berarti kedewasaan seseorang ditinjau dari aspek fisik-biologis atau aspek jasmaniah. Ketika akil dan baligh ini berkumpul bersatu pada diri seseorang, maka berarti ia telah menyandang status sebagai orang mukallaf.
Dengan lain kata, ketika seseorang telah menginjak dewasa secara ruhaniah dan dewasa secara jasmniah maka ia sudah layak untuk menerima atau mendapatkan tugas-tugas keagamaan (mukallaf).  Disini orang mukallaf memiliki tanggungjawab penuh terhadap segala perilaku dan perbuatan yang ia jalankan.   

Kewajiban orang Mukallaf
Lantas apa tugas-tugas keagamaan yang wajib dilakukan orang mukallaf? Pertama, ia berkewajiban mengenal Sang Pencipta dan Rasul-Nya. Paling tidak wajib mengenal sifat wajib Allah, sifat Muhal, dan sifat Jaiz Allah.  Ditambah sifat Wajib Rasul, sifat Muhal, dan Sifat Jaiz Rasul. Sederhananya, orang mukallaf wajib mengenal Aqoid lima puluh.
Kedua, ia wajib memahami dan menjalankan ibadah-ibadah wajib, seperti solat, puasa, zakat, dan haji. Di sinilah pentingnya seseorang untuk mengaji ilmu fikih, ilmu yang mengatur seluk beluk perilaku keseharian orang islam. Dengan belajar ilmu fikih orang mukallaf akan mengerti ilmu tentang cara-cara ibadah (ubudiyyah), ilmu tentang pergaulan dengan sesame manusia (muamalah), ilmu tentang pernikahan (munakhahah), ilmu tentang peradilan dan pidana Islam (jinayah), sampai kajian tentang jihad dalam Islam.     
Ketiga, bagi anak yang baru menginjak akil baligh ada baiknya mengaji tentang haid bagi perempuan, serta mengaji tatacara mandi bagi laki-laki dan perempuan. Anak perempuan sangat penting belajar tentang kebersihan saat menstruasi (haid), mengganti pembalut, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan menstruasi.
Selain itu, anak ketika menginjak usia akil baligh juga harus menjaga pergaulan dengan lawan jenis. Karena usia akil baligh merupakan usia mulainya timbul rasa “suka” dengan lawan jenis, maka anak usia akil baligh hendaknya menjaga pendangan terhadap lawan jenis. Sebisa mungkin menjahui perilaku-perilaku yang bisa memunculkan dorongan seksual. Sebaliknya berusaha agar dorongan seksual terjaga dengan baik. Caranya, hendaknya anak usia akil baligh menyibukkan diri dengan tholabul ilmi, mengaji, mengakaji ilmu, menguasai keterampilan hidup, dan mengembangkan bakat minat untuk masa depan yang lebih cerah.   
Ada baiknya orangtua mendampingi putra-putrinya menjalani masa-masa awal mereka menginjak usia akil baligh. Karena menjaga anak-anak agar berprilaku sesuai dengan syariat Islam merupakan kewajiban orangtua. Jika orangtua mendampingi mereka dengan baik, harapannya anak-anak kita mengalami masa-masa awal usia akil baligh dengan nyaman dan benar. Misalnya, orangtua berkewajiban memberi pengetahuan kepada anak tentang masa akil baligh atau masa puber. Sehingga anak-anak mengerti akan kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan, tahu  tatacara mandi wajib, bersuci dari hadas, berperilaku dan bersikap  yang benar, tahu menjaga kemaluan, menutup aurot, dan lainnya.
Jika orang tua tidak mampu, maka sudah seharusnya orang tua memasukkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga pendidikan yang mampu mendampingi anak-anak mereka memasuki masa akil baligh. Bagi lembaga-lembaga pendidikan sudah seharusnya mendampingi murid-murid mereka dengan perhatian penuh. Misalnya, sekolah  atau madrasah melakukan penyuluhan tentang masa akil baligh, puber dan yang berhubungan dengan masa perkembangan remaja.
Sekolah juga memperhatikan kebersihan murid-murid mereka saat menstruasi dengan cara menyediakan toilet dan keranjang sampah yang ada tutupnya. Sehingga anak-anak perempuan bisa berganti pembalut dengan nyaman, tidak malu, karena ada tong sampah yang tertutup.
Semoga anak-anak kita mampu menjalani masa-masa akil baligh mereka dengan dengan nyaman. 

*Penulis adalah guru MTs. NU Miftahul Falah Cendono

Posting Komentar

0 Komentar