Puisi Anita Sari (XI B IPA 2)
Di Bawah Langit Menara
Mentari merangkak perlahan
Menyibak lembar baru kehidupan
Menyaksikan hiruk-pikuk manusia
Larut dalam tawa kebersamaan
Tanpa memperdulikan arah tujuan
Damai tidak memperdulikan ajaran
Toleran terhadap akulturasi budaya
Tetap menjaga akidah yang mereka punya
Langit menjadi saksi
Atas bersatunya setiap diri
Menara sebagai bukti
Perpaduan budaya yang menjadi ciri tersendiri
Kudus, kota suci dimana aku berdiri
Kini aku berada di bawah langit menaramu
Rindu Tak Berpenghuni
Sendiri
Menatap awan gelap di angkasa
Tiada seberkas cahaya rembulan
Juga sinar kerlip bintang
Aku iba pada langit di atas sana
Sunyi tanpa Bintang rembulan
Tangis awan cukup menjadi kawan
Walau tak mengobati rindu yang terpendam
Sedang aku
Ikut merasakan perasaan langit
Tapi bukan pada bintang ataupun rembulan
Aku sedang rindu
Dan entah untuk siapa rindu ini
Karena rinduku tak berpenghuni
Aku Harus Kemana
Angin mencoba meyakinkan
Langit berteriak memerintahkan
Tuk menjatuhkanku dari awan
Aku tak punya kuasa tuk meronta
Hanya bisa mengikuti alur yang ada
Aku harus kemana?
Tak ada tanah yang mampu menampung
Tak ada tanaman yang mau menerimaku
Tak ada jalan yang bisa kutempuh
Aku harus kemana?
Sedikitpun tak ada tempat bagiku
Tuk sekedar istirahat dan berteduh
Aku terpaksa tinggal tanpa bilang
Sebentar, sampai mereka tersadar
Tentang keberadaanku yang mengancam
Bersiaplah untuk menyaksikan
Berziarah melalui 432 anak tangga. Kumparan.com
Puisi Min Amrina Yusro (XI A IPA 1)
Sunan Muria
Harum namamu dijunjung tinggi
Sufi dengan kejernihan hati
Mengisi diri layaknya padi
Tertunduk tawadhu pada ilahi
Terinjak bila dipuji
Tertusuk mati bila berbangga diri
Ingatan melayang pada Susuhunan
Tak ingin api melahap bening jiwa
Ia lempar bara ke tempat sembayang
Yang diinjak sahabat di tengah kota
Hingga kaki menapak jejak terakhir
Di puncak imaji masa kini
Teladan tak lagi abadi
Kurcaci meninggikan diri
Besar kepala tak terasa
Manja
Kutinggal sekejap mata
kau tiada
Aku merangkap dua
Kau cemburu buta
Padahal cinta padamu tak pernah sirna
Kau tinggal aku jauh
Hingga terseok langkah yang kutempuh
Terjembab kaki berlari
Mengejar dikau yang kucintai
Hingga kugapai dirimu dalam genggam
Kudekap dalam jiwa
Kusimpan rapi dalam hati
Kubaca berulang agar tak merajuk lagi
Duhai hafalan
Menetaplah dalam sanubari
0 Komentar