Keinginan ini
bermula dari kesukaanku mengenai alam. Hingga aku melihat Story temanku yang di
Puncak Natas Angin. Tepat pada hari Senin, 25 Desember 2023, aku memulai
perjalanan yang penuh dengan rintangan.
Pendakian
pertama kali secara solo, tak mudah, apalagi aku seorang perempuan. Selama
perjalanan aku berjumpa dengan beberapa pendaki, dan selalu ditanyai
"Mbak, sendirian?" "Kok berani?" Dalam pikiranku "Apa
salahnya?"
Perjalanan yang
penuh dengan jalan menanjak sering kali membuat nafasku kewalahan. Di beberapa
titik, ada beberapa makam atau petilasan yang dipercayai warga setempat.
Aku memulai
perjalanan pada jam 08.27 dari Basecamp kemudian sampai di titik terakhir (Pos
5) jam 11.07, dalam pikiranku saat
sampai di Petilasan Abiyoso (Pos 5) "Oh bentar lagi sampai" tapi alam
seperti tak merestui, hujan datang secara deras, kemudian aku meneduh di salah
satu warung di sana. Bercakap-cakap lah aku dengan Ibu dan Bapak pemilik
warung.
Aku menunggu
sekitar 1jam lebih. Di warung ini, aku memiliki kesan lebih dalam perjalananku.
Aku melihat betapa ramahnya mereka. Sampai begitu aku akan melanjutkan
perjalanan, aku diberi botol minum dan jas hujan secara cuma-cuma.
Perjalanan
menuju puncak itu pun berlanjut, dengan iringi gerimis. Aku memilih Jalur Naga,
jalur yang katanya menjadi rute favorit saat summit attack, persis jalur
seperti naga, berkelok, sempit, dan curam, namun pemandangannya menawan. Sekali
lagi sebelah kanan adalah jurang dan sebelah kiri ditumbuhi pohon curam.
Beberapa titik
rawan sudah dilengkapi dengan seutas tali yang membantu pendaki berpegangan
melalui jalur pendakian.
Perjalananku
dari Pos 5 sampai puncak membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Begitu sampai
puncak, rasa lelah seolah terbayarkan. Pemandangan dari puncak Natas Angin
sangatlah indah. Karena bentang memanjang Pegunungan Muria, aku dapat melihat
lembah dan puncak-puncak lain di Pegunungan Muria.
Dari perjalanan
ini, aku dapat memahami bahwa pentingnya kesabaran dan ketekunan untuk mencapai
sebuah tujuan.
0 Komentar