Acara tersebut bertujuan untuk mengingatkan semua orang tentang
peninggalan atau karya-karya KHR. Asnawi. "Ingkang intinipun acara
Halaqoh Turats ing dalu puniko, ingin mengingatkan kembali tinggalan-tinggalan
atau karya-karya dari mbah Asnawi ingkang selama ini mungkin tidak terlalu
diperhatikan," ucap KH. Hafidzh Asnawi.
Kata Turats merupakan bentuk Masdar dari kata Warosa,
Yarisu, Irsan, Warosatan, Turosan, sedangkan menurut istilah Turats adalah
sesuatu yang ditinggalkan oleh generasi masa lalu untuk generasi sekarang.
Peninggalan itu bisa berupa keilmuan, akhlaq atau etika, dan bisa juga berupa
peradaban. Bentuk Turats dibagi menjadi dua, yaitu Madiyatan (dapat
dilihat) dan Ma'nawiyatan (abstrak).
Pada acara Halaqoh Turats KHR. Asnawi membahas dan mengurai tentang
kitab karya KHR. Asnawi yang berjudul "Syari'atul Islam Lita'limin
Nisa' Wal Ghulam" yang sudah ditahqiq oleh para ustad. Acara ini juga
menjelaskan tentang sanad-sanad dan para leluhurnya, hal ini dimaksudkan agar
semua orang mengetahui bahwa sanadnya merupakan sanad yang bagus dan masyhur.
Banyak karangan KHR. Asnawi yang hampir atau mungkin sudah punah,
yang salah satunya adalah kitab "Syari'atul Islam Lita'limin Nisa' Wal
Ghulam", kitab ini bisa dikatakan kitab yang sudah punah karena tidak
dapat ditemukan lagi. Kitab ini dicetak pada tahun 1934 Masehi di Mesir. Kitab
ini menjadi salah satu bukti bahwa KHR. Asnawi ingin masyarakat sekitarnya melakukan
dan memahami ibadah keseharian dengan berdasar ilmu fiqih. kitab ini menggunakan
bahasa Krama dan dengan metode tanya jawab.
Kitab Syari'atul Islam Lita'limin Nisa' Wal Ghulam ini salah
satunya berisi tentang panduan sholat, hasil penelitian tim Turats alumni
Qudsiyyah menyatakan bahwa bacaan "Wabaraka" dalam doa qunut hanya
terdapat pada kitab ini saja dari banyaknya kitab tentang sholat. Hal ini
merupakan salah satu peran KHR. Asnawi yang begitu luar biasa.
Kitab Syari'atul Islam Lita'limin Nisa' Wal Ghulam rujukan
utamanya adalah dari syarahnya Syekh Nawawi Banten yang dinukil dari
kitab Kasyifatussaja dan Sulamul Munajah. Beliau wafat tahun 1897 Masehi di
Makkah.
Banyak orang yang menjumpai Syekh Nawawi lalu berguru dengannya dan
bisa menjadi tokoh masyarakat, ada 3 orang ulama dari Kudus yang menjumpai
Syekh Nawawi al-Bantani lalu banyak yang menjadi kyai alim besar, yaitu:
1.
Kyai
Syarqawi, beliau merupakan pendiri pesantren Guluk-guluk Sumenep Madura, beliau
wafat pada tahun 1911 Masehi.
2. Syekh Abdul Chamid Kudus, beliau mempunyai karya-karya yang dikenal hingga Makkah, beliau juga mengumpulkan sanad keilmuan dari gurunya beliau yang bernama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Wafat pada tahun 1915 Masehi.
s Usman bin Abdullah al-Qudsy, beliau merupakan saudagar asal Kudus di Makkah dan merupakan seorang kolektor manuskrip, dan karyanya disimpan di perpustakaan dan Universitas.
Banyak yang mengira bahwa KHR. Asnawi merupakan murid dari Syekh
Nawawi al-Bantani, tetapi Kyai Chamid pernah berdiskusi dengan cucu KHR. Asnawi
yang bernama KH. Minan Zuhri, beliau mengatakan bahwa KHR. Asnawi bukanlah
murid dari Syekh Nawawi al-Bantani. "Apa betul mbah Minan, nek mbah
Asnawi niku murite mbah Nawawi? Salah iku salah, itu dari cucu beliau."
Ujar Kyai Chamid.
Dari acara ini para narasumber berharap agar para santri dapat berpikir
sesuatu yang akan mereka tinggalkan untuk generasi setelahnya yang bermanfaat sebelum
meninggal, karena Allah SWT menulis apa yang engkau lakukan dan apa yang engkau
tinggalkan.
M. Reza Aula Wardani (XE)
Fachrul Maulana Iqbal (XE)
0 Komentar