Tantangan Yang Membahagiakan

{[["☆","★"]]}

Mempunyai anak yang mau ngaji saja itu sudah sangat bahagia bagi orang tua. Lebih bahagia lagi bisa mendengarkan anak-anak melantunkan Al Qur'an dengan benar dan fasih. 

Wali santri program tahfidh mendengarkan pemaparan progres hafalan anak-anak

Lalu bagaimana dengan para wali murid yang anak-anak mereka mengikuti program Tahfidz Al Qur'an di MA NU Miftahul Falah? Sungguh kebahagian yang tiada tara. 

***

Pagi itu kami, keluarga besar Madrasah NU Miftahul Falah Cendono, melakukan aktifitas yang agak beda. 

Di hari-hari biasa yang kami lakukan tentu melaksanakan ritual belajar mengajar. Kadang di ruang kelas, kadang di laboratorium atau di perpustakaan. Ada kalanya di lapangan olah raga,  sport center atau kolam renang untuk pelajaran Penjaskes. 

Namun Ahad pagi itu seluruh bagian mulai dari RA, MTs., MA dan SMK berkumpul semua di lapangan barat (kami punya dua lapangan) untuk melakukan jalan sehat. 

Tentu kami semua bahagia.  Bukan hanya karena tidak ada aktifitas KBM seperti biasa yang terkadang terasa melelahkan dan membosankan. 

Kami semua bahagia karena ini adalah momen memperingati harlah Madrasah NU Miftahul Falah Cendono yang ke-81. 

Madrasah berbasis pesantren yang didirikan para kiai menjelang kemerdekaan Republik Indonesia ini sedang berulang tahun. Tepatnya pada hari Jum'at 7 Rajab 1445 H atau bertepatan 19 Januari 2024. 

Kegiatan jalan sehat di hari Ahad, 21 Januari 2024 ini menjadi penutup rangkaian acara yang diselenggarakan pengurus Madrasah NU Miftahul Falah. 

Di hari sebelumnya sudah ada kegiatan ziarah dan tahlilan di makam para pendiri (muassis) madrasah oleh seluruh santri putra semua tingkatan dan juga para guru, pengurus dan masyayikh. Do'a bersama dan khataman Al Qur'an juga dilaksanakan di madrasah. 

Begitulah seluruh civitas academica madrasah yang bertengger di lereng gunung Muria ini mewujudkan syukur atas nikmat bisa menuntut ilmu dan mengembangkan keilmuan di Madrasah Miftahul Falah ini. 

***

Setelah usai berjalan sehat mengitari separuh Desa Cendono, para santri dan asatidz menunggu pembagian dorprize. 

Dorprize itu terkumpul dari sumbangan para guru juga donatur serta sponsorship. Jumlahnya banyak sekali. Mulai barang yang nilainya sekitar lima puluh ribuan sampai jutaan rupiah dengan berbagai macam jenis hadiah. 

Karena saking banyaknya, pembagian dorprize pun lama sekali, sampai jam 1 siang baru selesai. Para santri dan guru mengikuti sampai selesai dengan penuh gembira. 

Namun kami, beberapa guru di bagian aliyah, terutama pengelola program tahfidz, setelah berjalan sehat bersama, harus segera kembali ke gedung timur (gedung MA NU Miftahul Falah) untuk menyambut wali murid. 

Hari itu memang sengaja kami agendakan mengundang wali murid program tahfidz untuk mendengarkan pemaparan progres anak-anak dalam menghafal Al Qur'an. 

Betapa gembiranya ibu-ibu dan bapak-bapak wali murid melihat foto dan video anak-anak mereka di layar proyektor. Tentu bukan hanya foto dan video saat tes kenaikan juz. Tapi juga data perkembangan anak per anak. 

Gus Nawa, panggilan akrab pak Ainna Khoiron Nawali, ketua program tahfidz menjelaskan progres para santri satu per satu. 

Dijelaskan pula bahwa semangat para santri dalam menghafal Al Qur'an mengalami naik turun. "Kadang mereka semangat tinggi, tapi terkadang semangat itu menurun. Bahkan ada yang mengalami kebosanan. Dan itu wajar. Begitulah suka duka menghafal Al Qur'an," kata Gus Nawa menceritakan. 

Kepada para wali murid Gus Nawa mengajak untuk tidak bosan menyemangati anak-anak. Para santri penghafal Al Qur'an ini masih berproses. Selama berproses ini, lingkungan berperan besar menjaga stabilitas semangat belajar mereka. 

Bagi para wali santri mengetahui progres yang disampaikan sudah menjadi kebahagian yang luar biasa. Soal memberikan support tentu sudah menjadi tanggung jawab mereka. 

Apapun yang menjadi kebutuhan belajar anak-anak, orang tua akan selalu mengusahakan sekuat tenaga. Pendidikan menjadi prioritas utama. 

Namun wali santri juga harus memahami bahwa perjalan anak-anak masih sangat panjang. Jalan yang dilalui tidak selalu lurus dan mulus. Terkadang harus menapaki jalanan terjal. Terkadang juga curam. Rintangan dan kelokan jalan pun harus dilewati. 

Suasana seperti itu justru akan menjadi menyenangkan. Penuh tantangan yang membahagiakan. Apalagi nanti saat sampai puncak tujuan. Dunia ini penuh kebahagiaan. 

Mohammad Nuhin


Posting Komentar

0 Komentar