Abu Nawas Kerahkan Murid-muridnya Rusak Rumah Tuan Qodli

{[["☆","★"]]}

Abu Nawas Kerahkan Murid-muridnya Rusak Rumah Tuan Qodli




Suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Seorang wanita tua penjual kopi dan pemuda berkebangsaan Mesir. 

Kepada Abu Nawas wanita tua itu menyampaikan beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab.

"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu.” 

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu membuat kejutan dan berada di pihak yang benar. 

Pada malam harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas. Berkata Abu Nawas, ”Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak rumah Tuan Qodli yang baru jadi.” 

"Hah? Merusak rumah Tuan Qodli," gumam semua muridnya keheranan. 

"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid muridnya. 

"Siapapun yang mencegah, jangan kau pedulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Qadli yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukul mereka dan lempari dengan batu.” 

Selepas berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Qadli. Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Qadli. Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketika tanpa basa-basi lagi mereka langsung merusak rumah Tuan Qadli. 

Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah. 

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Qadli segera keluar dan bertanya. "Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?" Murid-murid itu menjawab, "Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!" 

Selepas menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Qadli hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah. 

Tuan Qadli hanya bisa marah-marah karena tidak ada orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda.” 

Benar, esok harinya Tuan Qadli mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda. 

Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu?" 

Abu Nawas menjawab, "Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada suatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Qadli menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi. Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Qadli.”  

Baginda berkata, "Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?" 

Dengan tenang Abu Nawas menjawab, "Hamba juga memakai hukum Tuan Qadli yang baru ini Tuanku.” 

Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Qadli menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa. "Hai Qadli benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda. 

Tapi Tuan Qadli tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut. 

 "Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini," perintah Baginda. "Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. 

"Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. 

Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Qadli dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Qadli yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. 

Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Qadli. Ternyata tuan Hakim itu merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kopi. 

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. 

Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda. 

Berkata Baginda Raja, "Hai anak Mesir ceritakan hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini.” 

Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap. 

"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Qadli yang bejad moralnya.” 

Baginda sangat murka. Qadli yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir. 

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas. 

Berkata Abu Nawas, "Janganlah engkau memberiku barang sesuatu pun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua.”  

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal. 

Penulis: Anang Sirril Wafa kelas 10 D


Disadur dari: 

Rahimsyah, Kisah 1001 Abu Nawas Sang Penggeli Hati hal 13-16. 



Posting Komentar

0 Komentar