KUDUS, elmiffa.com - OSIS MA NU Miftahul Falah turut meriahkan Kirab Festival Pager Mangkok yang digelar Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) pada Jumat (23/02/2024) siang. Kirab yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat mulai dari Warga Dukuh Piji, RA, MI, MTs, SMP, MA, SMA, hingga Pondok Pesantren ini dimulai dari Panggung Ngepringan sampai Punden Depok.
Koordinator Kampung Budaya Piji Wetan,
Muhammad Zaeni, menjelaskan, Festival Pager Mangkok merupakan bentuk peringatan
hari lahir KBPW sekaligus mengajak kembali masyarakat nguri-nguri budaya di
Muria. Pager mangkok, kata dia, disimbolkan sebagai sedekah kepada orang lain.
Hal ini ditunjukkan pada prosesi pembagian nasi tomplingan usai kirab.
"Ada gunungan sayur, buah dan hasil bumi,
kemudian nasi tomplingan yang dihias seperti mangkok dan ada yang dibungkus
daun pisang, semua dibagikan kepada warga, minimal ke tetangga sekitar,"
terang Jessy, sapaan akrab Muhammad Zaini.
Ia menambahkan, festival ini merupakan
agenda tahun ketiga yang digelar. Adapun perbedaan utama pada festival
sebelumnya yaitu residensi peserta dan rangkaian acara.
"Kita menambahkan residensi peserta dari
luar dukuh Piji. Serta rangkaian acara baru seperti Folktarium Muria. Yaitu
memasukkan budaya ke dalam laboratorium untuk mengenalkan budaya Piji
Wetan," imbuhnya saat ditemui Tim Jurnalis MA Miffa pada siang hari itu.
Zaeni juga menekankan pentingnya
melestarikan budaya Piji Wetan, terutama bagi generasi muda. Menurutnya, anak
muda dapat mengambil hikmah dari even
ini. Terutama dalam aktivasi kebudayaan Muria Tapa Ngeli dan PagerMangkok. Ia ingin, lewat Festival Pager Mangkok ini, dapat mengajak masyarakat
untuk merekam kembali kehidupan dan kebudayaan di Muria.
"Kami mencoba menyulam kembali kekurangan,
didondomi kekurangannya, seperti dodot iro bedahing pinggir," sambungnya.
Sementara itu, Pembina OSIS dan pengiat
Kampung Budaya Puji Wetan, Asri Noordliyah, mengapresiasi semangat generasi
muda siswa siswi MA NU Miftahul Falah. Menurutnya, pembelajaran dan ilmu tidak
hanya di dapat dalam kelas, tetapi belajar di masyarakat juga penting.
"Kegiatan semacam ini menjadi kesempatan
pembelajaran tambahan yang tak kalah penting di luar kelas. Khususnya
pembelajaran berbasis budaya," ungkapnya.
Ia berharap, pelajar Miftahul Falah mau
mengambil kesempatan untuk mengetahui lebih dalam ajaran Sunan Muria. Salah
satunya yaitu pager mangkok yang selanjutnya dapat dilestarikan dan diterapkan dalam kehidupan
mereka,..
"Apalagi para pelajar yang tergabung dalam
OSIS. Harus dapat mengambil banyak nilai-nilai dengan berpartisipasi dalam even
budaya semacam ini," harapnya.
Tak hanya kirab, gelaran Festival ini diikuti berbagai acara seperti pameran arsip, pentas seni, pameran UMKM, Folktarium Muria, Diskusi Orasi, dan lainnya. Hadir dalam acara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Camat Dawe, Kapolsek Dawe, Koramil Dawe dan seluruh kepala sekolah se Desa Lau.
Ditulis oleh:
Mentari Ramadhani Azhar-Kelas XIB
(Jurnalis MA NU Miftahul Falah)
0 Komentar